Berpuasa selama Ramadan bukanlah alasan untuk berhenti berolahraga, termasuk berlari. Meski tidak makan dan minum selama belasan jam, tubuh tetap mampu beradaptasi jika rutin berlari dengan pola yang benar. Sebuah penelitian berjudul Effects of Ramadan Fasting on 60 min of Endurance Running Performance in Moderately Trained Men oleh Abdul Rashid Aziz dkk., mengungkapkan bahwa puasa memang sedikit menurunkan performa pelari, tetapi perbedaannya sangat tipis hingga nyaris tidak signifikan. Hal serupa juga ditemukan dalam riset lain berjudul Running Performance during the Holy Month of Ramadan in Elite Professional Adult Soccer Players in Russia oleh Eduard Bezuglov dkk., yang menyimpulkan bahwa tidak ada perubahan besar dalam performa lari saat berpuasa dibandingkan hari biasa.
Meski demikian, bagi pelari pemula, penting untuk memperhatikan asupan nutrisi saat sahur dan berbuka agar tetap bertenaga. Bambang Yulianto, seorang personal trainer yang dikenal sebagai Mas Bams, menegaskan bahwa pelari harus mengonsumsi makanan seimbang dengan kandungan protein lebih tinggi. Ia menyarankan agar menu sahur dan berbuka mencakup makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta mikronutrien yang terdiri dari vitamin dan mineral. Menurut Cleveland Clinic, makronutrien adalah zat gizi utama yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi optimal, sedangkan mikronutrien berperan dalam sistem pencernaan, hormon, dan kesehatan otak.
Untuk menjaga stamina, sahur sebaiknya tidak berlebihan, namun tetap cukup dan bergizi. Kurma bisa menjadi pilihan tepat saat berbuka karena kaya akan energi alami. Coach Syahrul menambahkan bahwa pola makan yang seimbang dan tidak berlebihan saat sahur serta berbuka akan membantu tubuh tetap sehat sepanjang hari. Dengan perencanaan yang tepat, tetap berlari selama Ramadan bukanlah hal yang mustahil.