Menjaga Performa Lari di Bulan Ramadan dengan Intensitas yang Tepat

https://nhonews.biz
https://nhonews.biz

Berlari saat menjalani puasa Ramadan tentu menjadi tantangan tersendiri karena tubuh lebih mudah lelah akibat kekurangan cairan. Hal ini dapat mempengaruhi performa lari, terutama bagi pemula yang belum terbiasa dengan kondisi tersebut. Meski begitu, lari tetap menjadi salah satu olahraga yang disarankan selama puasa untuk menjaga kebugaran tubuh. Menurut Runner’s World, latihan kardio ini bahkan dianggap sebagai olahraga yang cocok untuk pemula selama bulan Ramadan, asalkan dilakukan dengan intensitas rendah. Menghindari lari dengan kecepatan tinggi atau sprint sangat dianjurkan agar tubuh tidak kehabisan energi secara drastis.

Personal trainer Bambang Yulianto, yang akrab disapa Mas Bams, juga menekankan pentingnya menjaga intensitas rendah dalam latihan lari selama bulan puasa. Ia menyarankan pelari pemula untuk tetap melakukan latihan kekuatan serta lari seperti biasa, tetapi dengan intensitas yang lebih ringan. Ia juga merekomendasikan waktu terbaik untuk berlari adalah menjelang berbuka puasa agar tubuh bisa segera mendapatkan asupan cairan, atau setelah berbuka saat energi sudah kembali optimal.

Sementara itu, bagi pelari profesional, penyesuaian dilakukan dengan mengurangi durasi dan intensitas lari sesuai dengan program latihan dan kejuaraan yang akan diikuti setelah Ramadan. Captain Widi, seorang pelari maraton, tetap menjalankan program latihannya dengan intensitas lebih rendah, menjaga heart rate di bawah 150, serta tetap melakukan long run dan latihan kekuatan. Hal serupa juga diterapkan oleh Captain Yaman, yang menyesuaikan pace larinya dari 5:00-6:00 menjadi 6:30-6:45 demi menjaga stamina selama berpuasa.

Pos terkait